Sabtu, 18 April 2020

Jenis Jenis Teks kelas XI

Kurikulum 2013 menyadari peran penting bahasa sebagai wahana untuk mengekspresikan perasaan dan pemikiran secara estetis dan logis. Pada satu saat, bahasa tidak dituntut dapat mengekspresikan sesuatu dengan efisien karena ingin menyampaikannya dengan indah sehingga mampu menggugah perasaan penerimanya. Pada saat yang lain, bahasa dituntut efisen dalam menyampaikan gagasan secara objektif dan logis supaya dapat dicerna dengan mudah oleh penerimanya. Dua pendekatan mengekspresikan dua dimensi diri, perasaan dan pemikiran, melalui bahasa perlu diberikan berimbang.

Pemahaman terhadap jenis, kaidah dan konteks suatu teks ditekankan sehingga memudahkan peserta didik menangkap makna yang terkandung dalam suatu teks maupun menyajikan perasaan dan pemikiran dalam bentuk teks yang sesuai sehingga tujuan penyampaiannya tercapai, apakah untuk menggugah perasaan ataukah untuk memberikan pemahaman. Berikut ini beberapa jenis teks yang diajarkan di kelas XI.

1. Teks Cerita Pendek
Cerita pendek atau yang lebih dikenal dengan cerpen adalah karangan pendek yang berbentuk prosa. Sebuah cerpen mengisahkan sepenggal kehidupan tokoh yang penuh pertikaian, peristiwa, dan pengalaman. Tokoh dalam cerpen tidak mengalami perubahan nasib.

a. Struktur Teks Cerita Pendek
Struktur teks cerita pendek dimulai dengan abstrak, diikuti oleh orientasi, menuju komplikasi, yang kemudian melalui evaluasi menemukan solusi. Di bagian akhir, teks cerpen ditutup oleh koda.
  1. Bagian abstrak merupakan ringkasan atau inti cerita. Abstrak pada sebuah teks cerita pendek bersifat opsional. Artinya sebuah teks cerpen bisa saja tidak melalui tahapan ini.
  2. Tahapan orientasi merupakan struktur yang berisi pengenalan latar cerita berkaitan dengan waktu, ruang, dan suasana terjadinya peristiwa dalam cerpen. Latar digunakan pengarang untuk menghidupkan cerita dan meyakinkan pembaca.
  3. Komplikasi berisi urutan kejadian, tetapi setiap kejadian itu hanya dihubungkan secara sebab akibat. Peristiwa yang satu disebabkan atau menyebabkan terjadinya peristiwa yang lain.
  4. Pada resolusi, pengarang akan mengungkapkan solusi dari berbagai konflik yang dialami tokoh. Resolusi berkaitan dengan koda. Ada juga yang menyebut koda dengan istilah reorientasi. 
  5. Koda merupakan nilai-nilai atau pelajaran yang dapat dipetik oleh pembaca dari sebuah teks. Sama halnya dengan tahapan abstrak, koda ini bersifat opsional.
 menyadari peran penting bahasa sebagai wahana untuk mengekspresikan perasaan dan pemikira Jenis Jenis Teks kelas XI
b. Kaidah Kebahasaan
1) Gaya bahasa
Gaya bahasa merupakan bentuk retorik, yaitu penggunaan kata dalam berbicara dan menulis untuk meyakinkan atau mempengaruhi penyimak dan pembaca. Terdapat sekitar 60 gaya bahasa. Namun, Gorys Keraf membaginya menjadi empat kelompok, yaitu :
  • Gaya bahasa perbandingan (metafora, personifikasi, depersonifikasi, alegori, antitesis, dan sebagainya).
  • Gaya bahasa pertentangan (hiperbola, litotes, ironi, satire, paradoks, klimaks, antiklimaks, dan sebagainya).
  • Gaya bahasa pertautan (metonimis, sinekdoke, alusi, eufemisme, elipsis, dan sebagainya), dan 
  • Gaya bahasa perulangan (aliterasi, asonansi, antanaklasis, anafora, simploke, dan sebagainya).

2) Ungkapan/Idiom
Ungkapan merupakan gabungan kata yang maknanya sudah menyatu dan tidak ditafsirkan dengan makna unsur yang membentuknya. Idiom adalah ungkapan atau ekspresi tetap yang memiliki makna kiasan, atau kadang-kadang literal. Beberapa contoh ungkapan/idiom antara lain sebagai berikut.
  • kecil hati = penakut
  • perang dingin = perang tanpa senjata
  • uang panas = uang tidak halal
  • kambing hitam = orang yang disalahkan

c. Peribahasa
Peribahasa adalah kelompok kata atau kalimat yang menyatakan suatu maksud, keadaan seseorang, atau hal yang mengungkapkan kelakuan, perbuatan atau hal mengenai diri seseorang. Peribahasa mencakup ungkapan, pepatah, perumpamaan, ibarat, tamsil. Beberapa contoh peribahasa antara lain sebagai berikut.
  • Menang jadi arang, kalah jadi abu (Kalah ataupun menang sama-sama menderita)
  • Bagaikan abu di atas tanggul (Orang yang sedang berada pada kedudukan yang sulit dan mudah jatuh)
  • Ada padang ada belalang, ada air ada pula ikan (Di mana pun berada pasti akan tersedia rezeki buat kita)

2. Teks Pantun
Pantun merupakan salah satu jenis sastra lisan yang berbentuk puisi. Pantun dikenal di berbagai daerah di Indonesia dengan nama yang berbeda-beda. Dalam bahasa Minang, pantun berasal dari kata patuntun ‘petuntun’. Dalam bahasa Jawa, pantun dikenal dengan nama parikan dan dalam bahasa Sunda dikenal dengan paparikan.

Di Eropa, seperti Spanyol, teks yang sejenis dengan pantun disebut dengan copla, di Bayern (Jerman) disebut dengan schnadahufle, di Itali dengan nama ritornello, dan di Latvia disebut dengan daina. Selain itu, Tiongkok, Indo Cina, dan Tibet juga mengenal pantun.

a. Struktur Teks pantun
Dilihat dari segi strukturnya, pantun dibangun atas unsur bait, larik (baris), rima, sampiran, dan isi. Selain unsur tersebut, sebuah pantun juga mementingkan irama pada waktu pengucapan atau penyampaiannya.
No.Struktur Teks Pantun
1.BarisEmpat baris dalam 1 rangkap
2.KataTerdiri dari 4-8 suku kata
3.Rima Akhira-b-a-b
4.Sampiran1) Apa guna orang bertenun
2) Untuk membuat pakaian adat
5.Isi1) Apa guna orang berpantun
2) Untuk memberi petuah amanah
6.IdeBerpantun berguna untuk memberi petuah dan amanah

b. Unsur kebahasaan
1) Diksi
Penempatan diksi yang tepat menjadi sangat penting. Dalam KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia),
diksi diartikan sebagai pilihan kata yang tepat dan selaras dalam penggunaannya untuk mengungkapkan gagasan sehingga diperoleh efek tertentu seperti yang diharapkan.

2) Kiasan
Bahasa kiasan, yaitu bahasa yang digunakan pelantun untuk menyatakan sesuatu dengan cara yang tidak biasa, yang secara tidak langsung mengungkapkan makna. Bahasa kiasan di sini bisa berupa peribahasa atau ungkapan tertentu dalam menyampaikan maksud berpantun.

3) Imaji atau citraan
Imaji atau citraan yang dihasilkan dari diksi dan bahasa kiasan dalam pembuatan teks pantun. Jika melakukan pengimajian, akan menghasilkan gambaran yang diciptakan secara tidak langsung oleh pelantun pantun. Oleh sebab itu, apa yang digambarkan seolah-olah dapat dilihat (imaji visual), didengar (imaji auditif), atau dirasa (imaji taktil).

4) Bunyi
Struktur pembangun teks pantun yang terakhir adalah bunyi yang biasanya muncul dari diksi, kiasan, serta imaji yang diciptakan saat menuturkan pantun. Dalam bunyi, kalian akan melihat unsur rima (rhyme) dan ritme (rhytm). Rima merupakan unsur pengulangan bunyi pada pantun, sedangkan irama adalah turun naiknya suara secara teratur. Selain untuk memperindah bunyi pantun, bebunyian diciptakan juga agar penutur (pelantun) dan pendengar lebih mudah mengingat serta mengaplikasikan pesan moral dan spiritual yang terdapat dalam teks pantun jenis apapun.

3. Teks Cerita Ulang Biografi
Teks cerita ulang biografi merupakan penulisan ulang kisah hidup seorang tokoh. Sebagai tokoh terkemuka, karya dan sumbangan pemikiran mereka yang luar biasa tentu sudah mendapat pengakuan dari berbagai kalangan di dunia internasional.

a. Struktur Teks
  1. Teks cerita ulang diawali oleh orientasi yang memberi pengenalan tokoh secara umum, seperti nama, tempat dan tanggal lahir, latar belakang keluarga, serta riwayat pendidikan tokoh yang diangkat.
  2. Bagian urutan peristiwa berisi kehidupan tokoh yang pernah dialami sosok yang digambarkan. Pada bagian ini terlihat berbagai pengalaman sang tokoh, baik peristiwa yang mengesankan maupun persoalan yang dihadapinya. 
  3. Bagian akhir teks ditutup dengan reorientasi, yang berisikan pandangan penulis terhadap tokoh yang diceritakan. Bagian ini merupakan tahapan yang bersifat pilihan, artinya boleh saja bagian ini tidak disajikan oleh penulis teks cerita ulang biografi.

b. Unsur Kebahasaan
Sebuah teks cerita ulang biografi biasanya berisi “siapa” (partisipan) melakukan “apa” (peristiwa) di suatu tempat pada waktu lalu. Beberapa unsur kebahasaan teks cerita ulang biografi antara lain.

1) Partisipan
Pada sebuah cerita ulang biografi, partisipannya adalah manusia yang terlibat pada peristiwa lampau.

2) Pronomina
Pronomina atau dikenal juga dengan kata ganti merupakan kata yang digunakan untuk menggantikan benda dan menamai seseorang atau sesuatu secara tidak langsung, misalnya ia, -nya, mereka, kita, dan kami.

3) Verba
Dalam teks cerita ulang biografi, banyak ditemukan kata kerja (verba) material untuk menunjukkan aktivitas atau perbuatan nyata yang dilakukan oleh partisipan. Kata kerja material menunjukkan perbuatan fisik atau peristiwa, misalnya membaca, menulis, dan memukul.

4) Konjungsi
Untuk menata urut-urutan peristiwa yang diceritakan, teks cerita ulang banyak memanfaatkan konjungsi (kata sambung) temporal, seperti ketika, kemudian, dan setelah. Namun, tidak tertutup kemungkinan bagi konjungsi lainnya untuk dimunculkan pada teks tersebut, seperti dan, tetapi, karena, dan meskipun, dan. Konjungsi digunakan untuk merangkaikan satu klausa dengan klausa yang lain dalam satu kalimat. Konjungsi ini dikenal dengan konjungsi intrakalimat. Selain itu, konjungsi juga digunakan untuk merangkaikan kalimat yang satu dengan kalimat berikutnya disebut dengan konjungsi antarkalimat, misalnya sementara itu, selanjutnya, dan selain itu.

5) Pengacuan
Dalam teks cerita ulang biografi terdapat juga pengacuan. Pengacuan merupakan alat kohesi yang baik karena dapat menghindari pengulangan kata yang sama terus-menerus.

4. Teks Eksplanasi
Teks eksplanasi adalah teks yang berisi penjelasan-penjelasan tentang proses mengapa dan bagaimana dari suatu topik yang berhubungan dengan fenomena-fenomena alam maupun sosial yang terjadi di kehidupan sehari-hari. Semua fenomena tersebut memiliki hubungan sebab akibat dan memiliki proses. Semua fenomena tersebut tidak hanya kita rasakan dan nikmati saja, tapi juga harus kita pelajari mengapa dan bagaimana fenomena tersebut bisa terjadi.

a. Struktur Teks Eksplanasi
Struktur teks itu merupakan gambaran cara teks tersebut dibangun. Teks eksplanasi disusun dengan struktur teks pernyataan umum (pembukaan) diikuti oleh urutan sebab-akibat.
  • Tahap pernyataan umum merupakan pembuka tentang hal yang akan dijelaskan. Kalimat yang ada di dalam pernyataan bersifat umum.
  • Urutan Sebab-Akibat. Hubungan sebab-akibat dalam teks eksplanasi dinyatakan dengan kategori nomina. Selain akibat, hubungan sebab-akibat dengan kategori nomina yang lain adalah akibatnya, sebagai akibat, jadi, dan hasilnya. Hubungan sebab-akibat juga bisa dinyatakan dengan konjungsi, seperti sebab, karena, dan ketika. Hubungan sebab akibat juga bisa ditunjukkan dengan kata kategori verba, seperti menyebabkan, menimbulkan, mengakibatkan, membuat, menjadikan, dan menyumbang.

b. Unsur Kebahasaan
1) Unsur Serapan
Unsur serapan dalam bahasa Indonesia dapat dibagi menjadi dua kelompok besar. Pertama, unsur asing yang belum sepenuhnya terserap ke dalam bahasa Indonesia, seperti titik beku. Unsur serapan tersebut dipakai dalam konteks bahasa Indonesia, tetapi cara pengucapan dan penulisannya masih mengikuti cara asing. Kedua, unsur asing yang penulisan dan pengucapannya disesuaikan dengan kaidah bahasa Indonesia, seperti hidrologi.

2) Konjungsi
Setiap bahasa mempunyai bentuk konjungsi yang berbeda-beda. Akan tetapi, pada umumnya berdasarkan peran dan fungsi konjungsi, setiap bahasa mempunyai dua jenis konjungsi, yaitu konjungsi eksternal dan konjungsi internal.

Konjungsi Eksternal
Konjungsi eksternal merupakan konjungsi yang menghubungkan dua peristiwa, deskripsi benda, atau kualitas di dalam klausa kompleks atau antara dua klausa simpleks. Konjungsi internal merupakan konjungsi yang menghubungkan argumen atau ide yang terdapat di antara dua klausa simpleks atau dua kelompok klausa.

Konjungsi eksternal mempunyai empat kategori makna, yaitu penambahan (contoh: dan, atau), perbandingan (contoh: tetapi, sementara), waktu (contoh: setelah, sebelum, sejak, ketika), dan sebab-akibat (contoh: sehingga, karena, sebab, jika, walaupun, meskipun).

Konjungsi Internal
Konjungsi internal adalah konjungsi yang menghubungkan argumen atau ide yang terdapat di antara dua klausa simpleks atau dua kelompok klausa.. Konjungsi internal juga dapat dibagi ke dalam empat kategori makna, yaitu penambahan (contoh: selain itu, di samping itu, lebih lanjut), perbandingan (contoh: akan tetapi, sebaliknya, sementara itu, di sisi lain), waktu (contoh: pertama, kedua ...., kemudian, lalu, berikutnya), dan sebab-akibat (contoh: akibatnya, sebagai akibat, jadi, hasilnya).

5. Teks Ulasan
Teks ulasan adalah teks yang isinya mengenai review atau ulasan terhadap suatu karya orang lain, biasanya berupa film atau drama. Pada dasarnya teks ulasan adalah teks yang dihasilkan dari sebuah analisis terhadap berbagai hal. Teks tersebut memuat tanggapan, tinjauan, dan analisisdalam hal ini film dan drama yang berhubungan dengan latar, waktu, tempat, tokoh dan penokohan, bahkan pengambilan gambar pada film dan drama juga turut diperbincangkan.

a. Struktur Teks
Teks ulasandiawali oleh orientasi (orientation), diikuti tafsiran isi (interpretative recount), kemudian evaluasi (evaluation). Di bagian akhir, teks ditutup dengan rangkuman (evaluative summation). Dengan demikian, struktur yang membangun sebuah teks ulasan itu adalah orientasi^tafsiran isi^evaluasi^rangkuman.
  • Bagian orientasi berisi gambaran umum karya sastra yang akan diulas. Gambaran umum karya atau benda tersebut bisa berupa paparan tentang nama, kegunaan, dan sebagainya. 
  • Tafsiran isi memuat pandangan pengulasnya sendiri mengenai karya yang diulas. Pada bagian ini penulis biasanya membandingkan karya tersebut dengan karya lain yang dianggap mirip. Penulis juga menilai kekurangan dan kelebihan karya yang diulas. 
  • Pada bagian evaluasi dilakukan penilaian terhadap karya, penampilan, dan produksi. Bagian tersebut berisi gambaran terperinci suatu karya atau benda yang diulas. Hal ini bisa berupa bagian, ciri, dan kualitas karya tersebut. 
  • Pada bagian rangkuman, penulis memberikan ulasan akhir beupa simpulan karya tersebut.

b. Unsur kebahasaan
1) Kata Sifat Sikap
Kata sifat sikap  adalah kata yang berfungsi untuk mendeskripsikan pelaku dalam penampilan fisik atau kepribadiannya. Beberapa contoh kata sifat sikap antara lain :
  • Keras kepala= acuh tak acuh
  • Berpendirian kuat = mempunyai pendirian yang kuat
  • Senang = puas dan lega, tanpa rasa susah dan kecewa
  • Tomboi = anita yang berlagak seperti pria

2) Kata Benda dan Kata Kerja
Kata benda adalah kata yang mengacu pada manusia, binatang, benda, dan konsep atau pengertian. Dengan demikian, kata seperti guru, kucing, meja, dan kebangsaan adalah kata benda. Ciri yang lain adalah kata benda tidak dapat diingkarkan dengan kata tidak. Kata guru, kucing, meja, dan kebangsaan, tidak bisa dikatakan dengan tidak guru, tidak kucing, tidak meja, dan tidak kebangsaan.

Kata kerja adalah kata yang mengandung makna perbuatan (aksi), proses, atau keadaan yang bukan sifat. Pada umumnya kata kerja tidak dapat bergabung dengan kata-kata yang menyatakan kesangatan. Dengan demikian, tidak ada kata sangat pergi, agak belajar.

3) Metafora
Salah satu ciri teks ulasan adalah adanya kata metafora dalam teks tersebut. Metafora adalah pemakaian kata atau kelompok kata bukan dengan arti yang sebenarnya, melainkan sebagai lukisan yang berdasarkan persamaan atau perbandingan, misalnya, tulang punggung dalam kalimat pemuda adalah tulang punggung negara.

4) Kalimat Majemuk
Di dalam teks ulasan ditandai dengan adanya kalimat kompleks (kalimat majemuk), baik kalimat majemuk setara maupun kalimat majemuk bertingkat. Kalimat majemuk setara yaitu penggabungan dua kalimat tunggal dan tiap-tiap unsur-unsurnya mempunyai kedudukan setara. Contoh:
  • Saya akan datang ke rumahmu sekarang atau nanti malam.
  • Dia sangat baik hati dan suka menolong.

Kalimat majemuk bertingkat memperlihatkan berbagai jenis hubungan semantis antara klausa yang membentuknya. Contoh:
Saya mengerjakan pekerjaan itu sampai larut malam agar besok pagi dapat mengumpulkannya.

5) Kata Rujukan
Teks ulasan ditandai dengan adanya kata rujukan yang merujuk pada partisipan tertentu. Kata Rujukan adalah kata yang merujuk pada kata lain yang telah digunakan sebelum nya.Kata rujukan dibedakan menjadi beberapa :
  • Rujukan benda atau hal :Ini, itu, tersebut
  • Rujukan Tempat : disini, disitu, disana
  • Rujukan Personil atau Orang atau yang diperlakukan seperti orang :dia, ia, mereka, beliau